Level Kedewasaan Seseorang Dalam menghadapi
Masalah
Setiap makhluk hidup atau lebih
tepatnya manusia yang hidup pasti menjumpai masalah. Masalah bisa sangat
bermacam-macam dan berasal dari segala penjuru tergantung kondisi dari
masing-masing individu. Dalam sebuah ungkapan menyebutkan bahwa masalah adalah
sebuah keniscayaan, keniscayaan yang pasti datang dan menghampiri manusia, tidak
pandang umur, gender, atau bahkan etnis budaya. Tapi tentu saja tingkatannya
berbeda-beda. Seorang balita hanya paling hanya bermasalah pada popoknya atau
saat susunya habis, berbeda dengan remaja yang mulai banyak menemui masalah
pergaulan, atau orang tua yang masalahnya cukup kompleks. Meskipun demikian,
masalah sebenarnya tidak bisa dihindari, karena saat kita menghindari satu
masalah maka akan muncul masalah baru yang setingkat atau bahkan lebih berat.
Jadi, masalah sebaiknya dihadapi, apapun konsekuensi yang didapatkan karena itu
merupakan langkah pendewasaan.
Secara umum, kedewasaan seseorang dipengaruhi oleh cara mereka menghadapi
sebuah masalah. ada beberapa tipe orang berkaitan dengan cara mereka menjumpai
dan menyelesaikan masalah yang mereke temui. Bermacam-macam tipe orang yang
dijumpai dalam menghadapi masalah, secara tidak langsung merefleksikan tingkat
kedewasaan seseorang. Adapun beberapa tipe tersebut adalah sebagai berikut;
1. Paranoid
Paranoid
merupakan tingkatan terparah dalam kedewasaan yang menunjukkan bahwa seseorang
tersebut masih jauh dari kata dewasa. Paranoid sebenarnya berhubungan erat
dengan traumatis, karena kebanyakan traumatis lah yang menyebabkan seseorang
menjadi paranoid. Namun ada juga yang memang punya sifat paranoid sejak lahir.
Orang yang paranoid cenderung memiliki sifat penakut, berusaha lari dari masalah,
terlalu takut akan resiko dengan berkhayal-khayal tentang sesuatu yang besar
yang akan terjadi. Parahnya orang seperti ini menganggap dirinya paling baik,
menganggap dirinya orang paling terkenal, atau paling dewasa. Padahal semuanya
hanya khayalan pribadi belaka. Orang seperti ini biasanya mencari kambing hitam
atas sebuah permasalahan yang menimpa dirinya. Sehingga orang paranoid termasuk
level kedewasaan yang paling rendah karena tidak mau menghadapi masalah atau
biasa disebut peace lover yang erat kaitannya dengan plegmatis.
2. Galau
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, galau didefinisikan sebagai “sibuk beramai-ramai,
ramai sekali, atau kacau tidak keruan (untuk pikiran)”. Kata galau mendadak
menjadi populer dan menjadi trensetter di kalangan pemuda, khususnya para
ababil. Kata ini mendadak booming untuk menyebut kondisi hati atau
pikiran yang lagi kalut, banyak masalah atau pekerjaan. Padahal dalam bahasa
psikologi, galau adalah ketidakmampuan seseorang untuk mendefinisikan masalah.
Kegalauan akan timbul dan melanda orang-orang yang cenderung ingin menghindari
masalah. Mereka yang sedang galau akan cenderung mencari-cari alasan untuk
menyelesaikan tanggung jawabnya. Orang galau juga akan cenderung menyalahkan
orang lain/mencari kambing hitam atas masalah yang menimpa dirinya. Parahnya,
saat ini banyak sekali kaum galau yang membanjiri jejaring sosial. Sebuah
penelitian psikologi menyebutkan bahwa facebook sekarang menjadi tempat
berkeluh-kesah, sementara twitter menjadi tempat nggosip yang paling populer
bagi kaum galau untuk mengalihkan kegalauannya. Jika kita amati lebih lanjut,
faktanya memang demikian. Rata-rata status atau postingan generasi muda kita
cukup miris, dimana sebagian besar berisikan hal-hal yang lebay, alay, atau
jablay yang semuanya bersumber dari kegalauan. Orang-orang galau ini berada dalam
tingkat kedewasaan terendah kedua karena mereka mendahulukan emosi hati dalam
menyelesaikan masalah serta memandang masalah hanya dari satu sisi serta
menjustifikasi masalah tanpa ada pemikiran yang rasional terlebih dahulu,
padahal jika mereka memandang jauh lebih bijak di sisi yang lain, mereka akan
menemukan banyak jalan dan solusi pemecahan masalaah, atau minimal masalah itu
akan menjadi kelihatan lebih mudah.
3. Mandiri
Sering kita jumpai
beberapa orang mencoba memecahkan masalah mereka secara mandiri, tidak ingin
ada campur tangan orang lain. Orang-orang seperti ini akan berusaha memecahkan
masalah dengan bekerja keras dan berfokus untuk menemukan solusi dari setiap
permasalahan yang dihadapinya.
Orang-orang seperti ini biasanya
memiliki keyakinan bahwa barang siapa yang bersungguh-sungguh akan memperoleh
hasilnya (man jadda wa jada). Orang yang berada dalam tipe ini cenderung
bersifat perfectionist atau berorientasi pada kesempurnaan.
Mereka punya semangat
dan standar tinggi dalam memandang sesuatu hal. Orang seperti ini sudah mulai
masuk dalam taraf kedewasaan pertama, dimana sudah memiliki semangat untuk
hidup mandiri dan sudah berani menghadapi masalah untuk diselesaikan, bukan
untuk dihindari. Meskipun demikian, juga terdapat kekurangan dari memelihara
sifat seperti ini, utamanya jika terlalu mandiri. Orang yang terlalu mandiri
butuh kapabilitas yang tinggi, karena mereka akan merasa kesulitan jika ada
banyak masalah yang datang secara bersamaan. Selain itu, saat mereka telah
menyelesaikan suatu masalah akan cenderung merasa sombong atau terlalu percaya
diri. Parahnya, jika mereka belum dapat menyelesaikan masalah dalam waktu lama
padahal sudah berusaha keras, akan berpotensi jenuh jika tidak dibarengi dengan
rasa ikhlas. Yang lebih buruk adalah jika sampai menyalahkan kehendak Tuhan
dengan mengatakan Tuhan tidak adil, atau merasa tidak terima dengan banyaknya
masalah yang menimpa dirinya.
4. Supel
Terkadang kita akan
sangat kesulitan dalam memecahkan masalah secara sendirian, oleh karena itu
diperlukan bantuan orang lain untuk ikut menyelesaikan. Di sinilah penting atau
gunanya teman yang ada di saat kita membutuhkan. Orang-orang yang supel, gaul, dan
banyak teman cenderung tidak mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah
karena disekelilingnya banyak orang yang bersedia membantu, kecuali untuk
faktor masalah yang sangat pribadi yang biasanya disimpan untuk diri sendiri.
Oleh karenanya, orang-orang seperti ini cenderung kelihatan tanpa beban, selalu
ceria, dan seakan tanpa masalah. Orang yang berada dalam tipe ini sudah bisa
dikatakan dewasa karena mereka sudah bisa mengatur masalahnya dengan di-outsource-kan
ke orang lain. Mereka sudah bisa mencari sudut pandang atau jalan lain untuk
memecahkan masalahnya. Namun yang menjadi kekurangan adalah karena terlalu
sering meminta bantuan orang lain, maka ada kemungkinan kapabilitas individunya
diragukan saat harus menyelesaikan masalah secara sendirian.
5. Berjiwa Manajer
Seorang manajer harus
memiliki pengetahuan yang luas dan mampu memandang masalah dari berbagai segi
untuk memecahkannya. Orang yang berjiwa manajer biasanya disebut orang yang
bijak yang mampu mengatur proporsi kapan dan seberapa besar masalah yang mampu
dia hadapi dan kapan dia harus meminta bantuan orang lain. Oleh karena itu, tak
heran jika biasanya orang seperti ini mampu menengahi permasalahan antara dua
belah pihak, sehingga dia dianggap dewasa dan ditokohkan di dalam komunitasnya.
Orang-orang dalam taraf ini biasanya menghadapi masalah yang cukup kompleks,
namun mereka selalu berusaha optimal baik secara mandiri maupun dengan bantuan
orang lain untuk dikombinasikan sehingga mendapatkan formula yang tepat untuk
menyelesaikan masalah. Meskipun demikian, dibalik segala kelebihannya, ada
potensi kekurangan yang bisa timbul untuk orang-orang seperti ini jika tidak
memiliki pengetahuan dan pemahaman agama yang baik. Karena dengan penokohan dan
prinsip yang dia miliki, akan ada potensi dia menjadi seorang diktator atau
menjadi orang yang dengan mudah melawan hal-hal yang bertentangan dengan
prinsipnya.
Kesimpulan :
Jadi, Tua itu pasti
dan dewasa adalah pilihan, Jangan mengeluh karena masalah. Jika kita merasa
beban kita lebih BERAT daripada yg lain, itu karena Tuhan melihat kita lebih
KUAT daripada yang lain. Terkadang
satu-satunya cara tuk menyelesaikan masalah kita adalah dgn membenarkan cara
pandang kita, bkn masalah kita. Masalah adalah ujian pendewasaan. Jadi tidak
ada alasan menyalahkan orang lain. Benahi diri sendiri dan jadi pribadi yang
dewasa.